karena kenaikan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang di bawah ekspektasi | PT Bestprofit Futures "Minyak mentah WTI mengalami kenaikan besar karena perawatan kilang dan lompatan besar dalam ekspor," kata David Thompson, Wakil Presiden Eksekutif di Powerhouse, sebuah broker komoditas yang berbasis di Washington.Data EIA menunjukkan, ekspor minyak mentah AS naik hampir dua kali lipat pada pekan lalu di atas satu juta barel per hari (bph). Tahun lalu, ekspor minyak mentah sebanyak 520.000 bph dan China menjadi negara terbesar ketiga tujuan ekspor. Selain kondisi di AS, penutupan ladang minyak di Libya Barat, yaitu di Sharara dan Wafa oleh pengunjuk rasa bersenjata juga telah menurunkan produksi 250.000 bph."Hal itu ditambah lagi dengan pernyataan Menteri Minyak Iran mengenai kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi, mendorong harga minyak mentah semalam," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di pialang berjangka AxiTrader.Pada hari Selasa, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyampaikan, OPEC dan negara-negara produsen lainnya kemungkinan besar akan memperpanjang perjanjian mereka untuk memotong produksi. Harga minyak naik sekitar dua persen pada Rabu (29/3/2017), karena kenaikan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang di bawah ekspektasi, gangguan pasokan di Libya, serta kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi yang dipimpin oleh OPEC.Dikutip dari CNBC, pada Kamis (30/3/2017) harga patokan West Texas Intermediate (WTI) berakhir 1,14 dollar AS lebih tinggi (2,4 persen) di level 49,51 dollar AS per barel, dan menjadi penutupan terbaik dalam tiga minggu. Lihat Juga : Perbaharui Rekor Penutupan Tertinggi, IHSG Dekati Level 5.600 Sementara itu, harga patokan Brent berjangka naik 95 sen (1,9 persen) ke level 52,28 dollar AS per barel, mencapai level tertinggi sejak 16 Maret.Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah naik 867.000 barel pekan lalu, hampir setengah dari ekspektasi.Sementara harga bensin berjangka AS melonjak lebih dari 2 persen ke level tertinggi dalam tiga minggu setelah data EIA menunjukkan penurunan 3,7 juta barel dalam stok bensin minggu lalu, hampir 2 juta barel lebih dari perkiraan. Harga minyak melaju saat produksi Libia terganggu | PT Bestprofit FuturesTapi, analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar melihat ada kemungkinan harga minyak terkoreksi setelah Energy Information Administration (EIA) AS mengumumkan data stok minyak versi pemerintah. Konsensus analis, stok minyak di pekan yang berakhir 24 Maret diperkirakan naik 1,2 juta barel.Meski terkoreksi, harga minyak tak akan turun dalam. "Koreksi harga tidak terlalu dalam. Kemungkinan area support di kisaran US$ 47,07 per barel," hitung Deddy. Penurunan harga akan tertahan lantaran ada kabar ekspor minyak mentah AS ke China naik. Di 2016, ekspor minyak Negeri Paman Sam itu mencapai 520.000 barel per hari. Tahun ini, permintaan China masih cukup tinggi.Secara fundamental, Faisyal menilai tren minyak mentah cenderung bearish. "Cadangan minyak AS yang terus bertambah dan permintaan yang lesu masih membayangi pelemahan harga," papar dia.Secara teknikal, Deddy melihat, harga minyak WTI bergulir di bawah MA 50, MA 100 dan MA 200, menunjukkan potensi pelemahan. MACD di area negatif dan RSI di level 39. Potensi penguatan hanya diperlihatkan dari stochastic yang berada di level 65. Hari ini (30/3), Deddy memperkirakan harga minyak akan terkoreksi dan bergerak di kisaran US$ 49,28-US$ 48 per barel. Sepekan berikutnya, harga akan bergerak antara US$ 47,07-US$ 49,90 per barel. Sedang Faisyal memprediksi harga akan bergerak di kisaran US$ 46-US$ 48 per barel hari ini.Harga minyak kembali menguat. Gangguan pasokan yang terjadi di Libia berhasil mengangkat harga. Padahal, di saat yang sama, stok minyak di Amerika Serikat (AS) meningkat.Rabu (29/3), pukul 19.30 WIB, harga minyak jenis light crude kontrak pengiriman Mei 2017 di New York Merchantille Exchange menguat 0,47% ke US$ 48,60 per barel dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga minyak sudah menguat 1,16%. Faisyal, analis Monex Investindo Futures, mengatakan, saat ini cukup banyak sentimen positif yang melingkupi harga minyak mentah. Pertama, gangguan pasokan di Libia. Insiden pemblokiran oleh demostran terjadi di ladang minyak di kawasan Sharara dan Wafa. "Ini dikhawatirkan bisa mengganggu output minyak," kata dia, kemarin.Produksi minyak mentah Libia diprediksi berkurang sekitar 252.000 barel per hari. Normalnya, produksi minyak bisa mencapai 700.000-800.000 barel per hari. Kedua, hasil pertemuan menteri anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada 26 Maret lalu positif. Ada peluang produsen minyak OPEC dan non OPEC memperpanjang pemangkasan produksi. Sejauh ini, Rusia dan Iran telah menandatangani kesepakatan.Kedua sentimen positif tersebut menganulir sentimen negatif kenaikan stok minyak AS. Kemarin, American Petroleum Institute (API) mengumumkan stok minyak AS pekan lalu naik 1,9 juta barel. Meski begitu, harga minyak masih bergerak naik. Pasokan AS Picu Penguatan Harga Minyak | PT Bestprofit FuturesHarga minyak dunia reli ke level tertinggi dalam tiga pekan. Kenaikan harga minyak tersebut didorong rilis data the Energy Information Administration (EIA) menunjukkan kenaikan pasokan minyak di AS. Di sisi lain, gangguan produksi minyak di Libya dan harapan kelanjutan pemangkasan produksi minyak yang dipimpin oleh negara pengekspor minyak tergabung dalam the Organization of the Petrolelum Exporting Countries (OPEC) mendukung harga minyak.
"Kombinasi dari sejumlah faktor mendukung arah untuk menciptakan keseimbangan di global," ujar Jenna Delaney, Analis Senior Platts Analytics, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (30/3/2017).Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Kamis naik US$ 1,14 atau 2,4 persen ke level US$ 49,51 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent menguat US$ 1,09 atau 2,1 persen menjadi US$ 52,42 per barel.EIA melaporkan kalau pasokan minyak naik 900 ribu barel per minggu menjadi 534 juta barel hingga 24 Maret. Namun kenaikan itu masih di bawah laporan American Petroleum Institute sebanyak 1,9 juta barel. Analis memperkirakan, pasokan minyak naik 300 ribu barel. Sedangkan Citi Futures memprediksi kenaikan pasokan minyak 2-3 juta barel."Aktivitas refineri naik signifikan di Gulf Coast, dan impor minyak rendah, sedangkan ekspor naik sehingga membuat pasokan minyak diprediksi lebih rendah," ujar Matt Smith, Direktur Clipper Data. BestProfit
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Bestprofit FuturesPT Bestprofit Futures Archives
April 2017
Networks
|